seperti misteri yang menggelapkan kedatanganmu, o nama yang kami tunggu-tunggu, kami takluk pada mahkamah nasib yang menatap dalam picing mata yang tajam. kami mencoba lunakkan desir darah di jatung kami yang bergoyang, seperti seorang peniti tambang di arena sirkus: bertaruh riuh sorak dengan sepotong degup yang rapuh.
seperti pesisir yang menyamarkan jejak kepiting, kami sembunyikan bekas doa kami yang mengering, seperti noda kerakap di tembok kamar. sementara formulir berisi namamu telah lama kami lengkapi, juga selimut gambar semangka, juga mainan warna-warni, semua yang mampu kami namai. datanglah pagi-pagi, seterang tanah yang gembira. berhentilah menjadi benang nasib tergulung dalam jentera, berhentilah meneror kami, mengintai kami seperti tentara!
Tinggalkan Balasan