bumi berguncang. kami terdiam dalam cengang dalam galau dalam helaan nafas dalam-dalam. kami sebut nama Tuhan dan nama anak-anak kami, ibu-bapa kami, handai taulan kami yang terguncang-guncang dalam ingatan kami. kami sebut nama Tuhan dalam doa patah-patah terbata-bata membilang siapa-siapa yang terlewat kami sebut namanya, mencari-cari siapa-siapa yang terlupa wajahnya, siapa-siapa yang berebut menggapai-gapai kecemasan kami.
bumi kami meregang, rengkah serupa amarah serupa rahang yang gemeretuk menahan geram. kami bersujud dalam ketiadaan daya, lumpuh rasa lumpuh kata, bagai butir pasir dalam pusaran palung yang memuting, membawa pergi satu-satu yang kami cintai tanpa sempat memohon diri. kami terdiam dalam cengang dalam absen kesadaran, tersihir oleh geletar di telapak kaki, tak hilang-hilang ngilunya sampai di debar hati.
engkau bilang ini gempa, kami bilang ini sepenggal kisah duka. engkau bilang ini karena dosa kami belaka. kami bilang ini sepenggal kisah duka. engkau bilang, bertobatlah demi azab Tuhan! kami bilang ini sepenggal kisah duka. kami bilang ini kisah duka, babak lain dari kisah cinta. sebagai kami tetap cinta tanah kami, betapapun murka dia, betapapun luka dia. kami anak-anak bumi, lahir, hidup, mati kami oleh cintanya juga.
bumi kami berguncang. kami hilang kata-kata. tapi semoga guncang gempa tanah kami ini, tak pula menggugurkan daun-daun cinta kami, pada bumi kami di mana tertanam kisah-kisah sejarah leluhur dan anak-cucu kami.
__________________________
Dibacakan dalam acara penggalangan dana bantuan gempa Sumbar di gedung HTIB (Turkse Arbeidersvereiniging in Nederland), Eerste Weteringplantsoen 2C, Amsterdam, 18 Oktober 2009.
Dimuat di Suara Merdeka edisi Minggu, 01 Agustus 2010
Tinggalkan Balasan